Tampilkan postingan dengan label Gigi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gigi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Agustus 2016

Cara Memperbaiki Gigi Tiruan Yang Sayap nya Terlalu Panjang



Tips memperbaiki gigi tiruan yang sayapnya terlalu panjang

Gunakan pasta putih dari ZnOE dan oleskan pada bagian sayap gigi tiruan. Pasang gigi tiruan dalam mulut, dan gerakan bibir dan pipi pasien seperti ketika kita melakukan muscle trimming. ZnOE pada bagian sayap yang terlalu panjang akan terhapus.

Lakukan sedikit penggerindaan pada bagian sayap tersebut, namun jangan terlalu banyak. Bagian sayap yang terlalu banyak dikurangi akan menyebabkan hilangnya atau bocornya seal yang merupakan salah satu elemen dari retensi gigi tiruan lepasan.

PS: terkadang apabila tidak ada pasta putih ZnOE, beberapa teman menganjurkan untuk menggunakan pasta gigi.

Tips uji coba landasan dan tanggul gigitan

Periksa adaptasi landasan. Untuk full denture, Anda dapat menggunakan spatel semen yang diselipkan di antara tanggul gigitan. Beri ungkitan kecil pada tiap bagian, apabila tanggul gigitan masih dapat bergerak berarti landasan gigi tiruan belum beradaptasi dengan baik.

Periksa dukungan terhadap bibir dan pipi. Untuk gigi tiruan sebagian lepasan, sesuaikan dengan lengkung gigi yang masih ada.

Tips menentukan dimensi vertikal

Pertama-tama dengan menentukan physiological rest position (PRP). Biasanya untuk memperoleh PRP pasien diinstruksikan untuk merilekskan otot rahang dan mengucapkan "mmm".

Namun, terkadang pasien merasa kesulitan untuk merilekskan otot rahangnya sehingga PRP yang didapat lebih pendek dari yang seharusnya. 

Salah satu cara untuk mengatasinya, instruksikan pasien untuk mengucapkan "aaaaeeemmm" secara perlahan-lahan. Pasien akan sedikit membuka mulutnya ketika mengucapkan huruf "aaa", lalu pada saat kedua bibir pasien mulai berkontak ketika mengucapkan "eeemmm", instuksikan pasien untuk menahan posisi tersebut lalu ukur PRP dari subnasion ke gnation (buat titik pedomannya terlebih dahulu).

Setelah PRP didapat, kurangi 2-3mm untuk mendapatkan dimensi vertikal. Biasanya dipakai ukuran 3 mm untuk free way space.

Syarat menentukan DV dengan oklusal stop

Apabila pasien masih memiliki oklusal stop, dimensi vertikal dapat langsung ditentukan dengan mengoklusikan gigi secara sentrik.

Pasien dikatakan masih memiliki oklusal stop apabila masih ada minimal 3 titik kontak oklusi: satu di anterior, dua di posterior pada masing-masing sisi dari rahang.

Menentukan oklusi sentrik tanpa alat

Oklusi sentrik dapat ditentukan dengan alat Gothic Arch Tracer. Tanpa alat tersebut, Anda juga dapat memperoleh oklusi sentrik dari pasien dengan cara:

1. Oklusikan gigi sambil menelan ludah.
2. Dorong dagu pasien ke belakang saat pasien mengoklusikan giginya. Kepala pasien dalam keadaan bersandar pada head rest kursi.
3. Instruksikan pasien untuk menyentuh bagian palatum paling posterior dengan menggunakan lidahnya, lalu oklusikan gigi.
4. Instruksikan pasien untuk mendongakkan kepalanya sejauh mungkin, lalu secara perlahan oklusikan gigi.

Lakukanlah paling tidak 2 dari metode-metode di atas untuk menemukan posisi oklusi sentrik yang paling posterior. Biasanya metode mendongakkan kepala selalu berhasil mendapatkan posisi sentrik yang optimal.

Fiksasi tanggul gigitan

Dalam pembuatan gigi tiruan penuh, apabila sudah didapatkan relasi sentrik setelah melakukan uji coba landasan dan tanggul gigitan, maka tanggul gigitan kedua rahang perlu difiksasi untuk mempertahankan posisi sentrik ini.

Caranya dapat dengan menggunakan potongan hecter yang sudah dipanaskan, lalu ditusukan pada tanggul gigitan. Perlu diingat, potongan hecter tidak boleh diletakkan pada garis orientasi median.

Tips insersi gigi tiruan lepasan

Periksa adaptasi: tekan-tekan tiap bagian gigi tiruan dari arah oklusal (bagian kanan, kiri, depan, belakang). Apabila terungkit ataupun tergoncang, maka adaptasi gigi tiruan tersebut masih kurang. Lakukan relining.

Periksa letak komponen retainer maupun oklusal rest: harus berada pada tempat atau posisi yang seharusnya.

Periksa retensi: Lepas gigi tiruan dengan menggunakan tekanan yang ringan, gerakan otot bibir dan pipi seperti ketika mengunyah.

Oklusi sentrik: periksa dengan menggunakan kertas artikulasi. Tidak boleh ada kontak prematur. Kontak prematur pada gigi tiruan lepasan dapat mengakibatkan resorpsi tulang alveolar.

Stabilisasi: Gunakan kertas artikulasi dan gerakan rahang bawah ke arah lateral kiri dan kanan. Teraan kertas artikulasi harus merata, apabila tidak merata berarti ada sangkutan atau interference yang akan mengganggu stabilisasi.

Periksa estetik dan kenyamanan pasien.

Tips mencetak AH line

AH line penting untuk mendapatkan letak perluasaan landasan rahang atas yang tepat pada bagian posterior.

Untuk mendapatkannya, instruksikan pasien untuk mengucapkan "aaa" pada saat dilakukan pencetakan dengan menggunakan sendok cetak pribadi.

Atau dengan cara lain yaitu, pasien diinstruksikan untuk menutup hidungnya dengan tangan lalu menghembuskan nafasnya ke arah hidung. Dengan begitu palatum lunak akan turun.

Pembuatan escape hole

Escape hole pada sendok cetak pribadi dibuat dengan tujuan untuk membantu mengalirkan bahan cetak agar bahan cetak tidak menekan jaringan.

Escape hole terutama dibuat pada daerah palatum. Apabila tidak dibuat escape hole pada bagian palatum, bahan cetak memerlukan jarak yang cukup jauh untuk mengalir keluar (dari palatum ke linggir alveolar, baru keluar melalui pinggiran sendok cetak). Dengan dibuat escape hole pada bagian palatum, maka bahan cetak akan langsung keluar melalui escape hole tanpa harus melalui jarak yang cukup jauh tadi.

Terkadang escape hole perlu dibuat pada daerah puncak linggir alveolar apabila terdapat jaringan flabby pada daerah tersebut.

removable denture

Patokan menentukan estetik gigi tiruan lepasan

Sesuaikan panjang gigi yang terlihat dengan high lip line, dan lebar 6 gigi anterior dengan caninus line.

Sesuaikan dengan median line wajah untuk mendapatkan kesimetrisan.

Sesuaikan warna gigi dengan warna kulit, usia ataupun gigi yang masih ada.

Sesuaikan bentuk gigi dengan bentuk wajah, bukan dengan jenis kelamin.


Share:

Minggu, 31 Juli 2016

Pengertian, Struktur, Fungsi, dan Jenis Gigi



PENGERTIAN DAN FUNGSI GIGI MANUSIA

Gigi adalah alat pencernaan mekanik yang terdapat pada bagian mulut. Gigi berfungsi untuk merobek, memotong dan mengunyah makanan sebelum makanan tersebut akan masuk ke kerongkongan. Gigi memiliki struktur keras sehingga memudahkan untuk menjalankan fungsinya.

BAGIAN-BAGIAN GIGI MANUSIA


Setiap gigi manusia memiliki 3 bagian utama :

  • Puncak atau Mahkota Gigi, merupakan bagian gigi yang tampak dari luar, bagian ini dilapisi oleh lapisan pelindung yang disebut email gigi.
  • Leher Gigi, merupakan bagian gigi yang sudah tertanam oleh gusi, bagian ini terdapat dibawah mahkota gigi dan diatas akar gigi.
  • Akar Gigi, merupakan bagian gigi yang tertanam dibawah rahang dan tidak tampak dari luar, masing-masing jenis gigi pada manusia memiliki jumlah akar gigi yang berbeda-beda.

Gigi manusia yang sempurna dan terstruktur memiliki 4 lapisan, yaitu :
  • Email Gigi, merupakan lapisan yang melapisi bagian mahkota gigi. Email gigi merupakan bagian sangat keras karena tersusun oleh kasium dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Bagian email gigi paling keras terletak pada bagian mahkota yang fungsinya sebagai pelindung, kemudian semakin ke bawah maka email gigi semakin tipis hingga akhirnya hilang ketika memasuki akar gigi.
  • Sementum Gigi, merupakan bagian gigi yang melapisi akar gigi. Sementum berfungsi untuk menghubungkan gigi dengan rahang tempatnya tumbuh. Struktur Sementum tidaklah sekeras email pada mahkota gigi. Semen akan semakin tebal seiring bertambahnya usia.
  • Tulang Gigi (Dentin), merupakan lapisan gigi yang terdapat setelah lapisan email gigi pada mahkota dan terdapat setelah lapisan sementum pada akar gigi. Dentin memiliki struktur seperti tulang namun lebih keras, karena memiliki konsentrasi kalsium yang lebih tinggi, oleh karena itu ia sering disebut Tulang Gigi. Dentin merupakan struktur terluas pada gigi karena melapisi seluruh tubuh gigi, dari mahkota sampai akar.
  • Rongga Gigi (Pulpa), merupakan jaringan lunak pada tengah gigi yang berbentuk rongga dan terisi oleh pembuluh darah dan pembuluh saraf. Pulpa berfungsi untuk memberikan nutrisi pada gigi karena memiliki pembuluh darah, juga berfungsi untuk mengidentifikasi apabila terdapat zat asing dalam gigi karena memiliki pembuluh saraf. Pulpa juga berfungsi untuk membentuk lapisan dentin.


JENIS GIGI MANUSIA


Manusia memiliki 4 jenis gigi, yaitu :
  • Gigi Seri, merupakan gigi yang mempunyai satu akar dan berfungsi untuk memotong atau mengerat makanan. Gigi seri berbentuk tegak dengan mahkota yang horizontal. Manusia dewasa memiliki 4 gigi seri, 2 di rahang bawah dan 2 di rahang atas.
  • Gigi Taring, merupakan gigi yang memiliki satu akar dan berfungsi untuk merobek dan mengoyak makanan. Gigi taring berbentuk tegak dan agak runcing. Manusia dewasa memiliki 4 gigi taring, 2 di rahang bawah dan 2 di rahang atas.
  • Gigi Geraham Depan (Premolar), merupakan jenis gigi yang mempunyai 2 akar dan berfungsi untuk menggiling dan mengunyah makanan. Gigi Premolar berbentuk rendah dan terdapat beberapa tonjolan pada bagian mahkotanya. Manusia Dewasa memiliki 8 Gigi Premolar, yaitu 4 di rahang bawah, dan 4 di rahang atas.
  • Gigi Geraham Belakang (Gigi Molar), merupakan jenis gigi yang mempunyai 2 atau 3 akar dan berfungsi untuk menggilas, melumat, menghancurkan, dan menghaluskan makanan. Gigi Molar memiliki bentuk yang hampir sama dengan gigi Premolar diatas. Manusia dewasa memiliki 12 gigi Molar permanen. Masing – masing 6 di rahang atas dan bawah.

Berdasarkan usianya Gigi terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
  • Gigi Susu, merupakan gigi yang tumbuh pertama kali pada manusia, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, gigi susu ini akan digantikan oleh gigi permanen. Biasanya gigi susu mulai tumbuh sejak usia 6, 7 atau 8 bulan, dan gigi yang pertama tumbuh adalah gigi seri pada rahang bawah. Gigi ini akan tumbuh lengkap ketika manusia berusia 2,5 – 3 tahun. Kemudian akan tanggal satu per satu sejak usia 6 tahun dan mulai digantikan oleh gigi permanen. Gigi susu berjumlah 20 buah seluruhnya yaitu 8 Gigi seri, 4 Gigi taring, dan 8 gigi premolar.
  • Gigi Permanen, merupakan gigi yang tumbuh menggantikan gigi susu dan gigi ini tidak akan tanggal dengan sendirinya juga tidak akan digantikan oleh gigi lain sepanjang kehidupan. Gigi permanen seluruhnya berjumlah 32 buah, yaitu 8 gigi seri, 4 gigi taring, 8 Gigi Premolar, dan 12 Gigi Molar.

SUSUNAN GIGI PADA MANUSIA

Keterangan :S = Gigi SeriT = Gigi Taring
G = Geraham

semoga artikelnya dapat bermanfaat. 

Share:

Pengertian dan fungsi saliva (Ilmu Gigi)



Pengertian dan fungsi saliva

 Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur). 

Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.

Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.

Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :
  1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan.
  2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan.
  3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman.
  4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer.
  5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah.
  6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva.
  7. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.
  8. membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah).

Kurang lebih 80% bau mulut timbul dari dalam rongga mulut. Air ludah atau saliva memegang peranan dalam masalah bau mulut, gigi berlubang dan penyakit rongga mulut/penyakit tubuh secara keseluruhan karena air ludah melindungi gigi dan selaput lunak di rongga mulut dengan sistem buffer sehingga makanan yang terlalu asam misalnya bisa dinetralkan kembali keasamannya dan juga segala macam bakteri baik yang aerob (hidup dengan adanya udara) maupun bakteri anaerob (hidup tanpa udara) dijaga keseimbangannya. 

Di dalam air ludah juga terdapat antigen dan antibodi yang berfungsi melawan kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh sehingga kita sehingga tubuh tidak akan mudah terserang penyakit. Seandainya dalam keadaan normal tersebut seseorang memakai obat kumur ataupun antiseptik yang berlebihan, maka justru keseimbangan bakteri akan terganggu, bakteri-bakteri yang penting bisa menjadi mati, justru bakteri-bakteri yang merusak malah menjadi berlipat ganda sehingga timbul lah masalah dalam rongga mulut. 

Adanya bakteri akan dapat membuat sisa makanan di gigi/selaput rongga mulut terfermentasi (seperti halnya ragi), sehingga timbul racun bersifat asam yang akan membuat email menjadi rapuh (mengalami demineralisasi/mineral gigi rontok )mula-mula secara mikro dan dengan berjalannya waktu gigi akan berlubang secara kasat mata. Masalah lain, bakteri terutama bakteri anaerob (hidup tanpa udara) akan mengeluarkan gas yang mudah menguap antara lain seperti gas H2S (Hidrogen Sulfid), Metil Merkaptan dll. Gas ini menimbulkan bau mulut.

Pada orang-orang yang mengalami diabetes/kencing manis, perokok, makan obat-obatan tertentu, orang lanjut usia, maupun orang yang menjalani terapi radiasi (pada penderita kanker) punya kecenderungan air ludahnya berkurang (disebut dengan istilah xerostomia=kekeringan rongga mulut). Hal ini bisa diatasi dengan terapi obat-obatan yang merangsang keluarnya air ludah (dengan obat-obatan yang diresepkan dari dokter gigi). Kecuali bagi perokok, barangkali lebih bijaksana apabila frekuensi rokoknya yang dikurangi, juga orang yang sedang meminum obat-obatan tertentu yang dapat menimbulkan kekeringan rongga mulut, dapat kembali seperti semula apabila obat-obatan telah dihentikan pemakaiannya. (Khususnya pada penderita diabetes/kencing manis, ada bau mulut khas yakni bau aseton). 

Kemudian dalam hal kualitas, hindari makan-makanan yang terlalu banyak mengandung zat-zat kimia, seperti makanan yang banyak mengandung zat pengawet, zat pewarna tambahan, zat penambah rasa, atau makanan yang terlalu manis/lengket/asam , maupun minuman-minuman berkarbonasi secara terus menerus. Sebab dengan keasaman yang terus menerus, air ludah tidak dapat menyangga kadar keasamannya (fungsi buffer tadi) supaya pH-nya naik kembal. Jadi keasaman yang terus menerus itu yang membuat gigi berlubang (mengalami demineralisasi email). 

Bila ingin minum air bersoda, atau permen lebih baik dimakan dalam satu waktu tertentu berdekatan dengan makan pagi/makan siang/makan malam dan diakhiri dengan minum air putih/sikat gigi, daripada memakan atau meminumnya sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama. Menyikat gigi umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi setelah makan pagi dan malam sebelum tidur. Dengan jumlah yang 2 kali dan juga kesalahan manusiawi misalnya tidak bisa setiap saat bisa membersihkan gigi dengan tepat dan teliti ke seluruh bagian, maka kita harus melepaskan waktu perawatan sisanya kepada air ludah yang cukup jumlahnya dan baik kualitasnya. 

Dengan cara makan makanan yang alamiah tidak banyak mengandung zat kimia, yakni zat perasa, pewarna dan pengawet, makan makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan supaya saat menggigit air ludah dapat terrangsang untuk keluar (pada makanan yang semuanya lunak/tidak berserat, gigi tidak perlu menggigit kuat, akibatnya air ludah juga tidak banyak keluar), menghindari minuman berkarbonasi (secara berlebihan) dan juga pola makannya diatur dengan memakan camilan/minuman manis berdekatan dengan waktu makan makanan utama, setelah itu gigi dibersihkan, apabila tidak dapat menggosok gigi, kumur-kumurlah atau minumlah air putih yang banyak. Itu adalah cara yang sederhana dan paling mudah dilakukan.

Jenis kelenjar saliva dan muaranya :

Macam-macam kelenjar ludah :
  • Kelenjar ludah utama /  mayor /  besar-besar

Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari :

Ø      Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula
Ø      Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah korpus mandibula
Ø      Kelenjar Sublingualis ,  terletak dibawah lidah

Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan.
  • Kelenjar Parotis
  • Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara prossesus mastoideus dan ramus mandibula.
  • Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas.
  • Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat padat.
  • Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.
  • Jaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus.
  • Secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-alveolar) bercbang-cabang (compound tubulo alveolar gland).
  • Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadang memperlihatkan percabangan-percabangan.
  •  Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket.
  • Saluran keluar utama ( duktus interlobaris) disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.
  • Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris.
  • Duktus interlobularis tadi kemudian bercabang-cabang menjadi duktus intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis merupakan duktus Pfluger yang mempunyai epitel selapis silindris yang bersifat acidophil dan menunjukkan garis-garis basal.
  • Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang dan menunjukkan percabangan
  • Duktus Pfluger agak pendek
  • Sel-selnya pipih dan memanjang
  • Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularis terlihat banyak lemak yang berhubungan dengan “kumpulan lemak bichat” (Fat depat of bichat). Juga pada jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis dan pembuluh darah.

Kelenjar submandibularis (submaksilaris)
  • Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris (Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah , dibelakang gigi seri bawah.
  • Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.
  • Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri  dari jaringan ikat padat yang juga masuk ke dalam organ dan membagi organ tersebut menjadi beberapa lobulus.
  • Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang (compound tubulo alveolar gland).
  • Percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-selnya.
  • Bentuk sinus kebanyakan memanjang.
  • Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket.
  • Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila dibandingkan glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang.
  • Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak percabangan sehingga dalam preparat lebih mudah dicari.


Kelenjar sublingualis :
  • Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar.
  • Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus.
  • Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada frenulum lidah.
  • Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan ikat yang jelas/tebal.
  • Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalvioler bercabang-cabang  (compound tubuloalveolar gland).
  • Merupakan kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni.
  • Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis.
  • Duktus Pfluger sangat pendek.
  • Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam preparat sukar ditemukan.
  • Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagai glandula parotis.


  • Kelenjar ludah tambahan /  minor / kecil-kecil

Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga mulut.

Ø Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus         seromukus.
Ø Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus
Ø Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah                disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus
Ø Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah, dnegan           asinus-asinus murni serus.
Ø Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus .
    Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior
Ø Kelenjar-kele   njar pada pallatum dengan asinus mukus .

Struktur-struktur kelenjar saliva

Tiap-tiap kelenjar sebagai suatu organ terdiri dari:
  1. Parenkim, yaitu bagian kelenjar yang terdiri dari asinus-asinus dan duktus-duktus bercabang.
  2. Asinus merupakan bagian-bagian sekretoris yang mengeluarkan sekret. Sekret ini akan dialirkan melalui suatu duktus untuk menyalurkan sekret kemana mestinya.
  3. Stroma / jaringan ikat interstisial yang merupakan jaringan antara asinus dan duktus tersebut
  4. Jaringan ikat ini membungkus organ (kapsel) dan masuk kedalam organ dan membagi organ tersebut menjadi lobus dan lobulus. Pada jaringan ikat tersebut ditemukan duktus kelenjar, pembuluh darah,s erat saraf dan lemak.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari beberapa jenis sel:
1.Unit sekretori
Terdiri dari : sel-sel asinar ,  duktus interkalaris , duktus striata , dan main excretory ducts.
Sebagai tambahan kepada sel-sel ini yang bertanggung jawab besar untuk sekresi dan modifikasi dari saliva, sel-sel plasma juga berkontribusi pada sekresi saliva, setidaknya pada kelenjar minor.
2. Unit non sekretori
Terdiri dari myoepitel sel dan sel saraf


Sel-sel asinar
Merupakan unit sekretori sel.
Sel asinar mengandung olyco protein, protein dan elektrolit.
Menurut sekretnya , asinus dapat dibedakan menjadi asinus serus, mukus, dan tercampur.

a.       Asinus serus
–    Sekretnya encer
–    Terdapat pada kelenjar parotis
–    Pengecatan HE bewarna ungu kemerahan
–    Lumennya sempit
–    Batas sel sukar dilihat dan antara sel terdapat kanalikuli sekretoris interseluler
–    Inti sel bulat kearah basal
–    Penampakan sel tergantung fase sekresi selnya, dimana pada fase istirahat, bagian apikalnya               banyak terdapat butir sekresi (zimogen) sehingga inti sel terdesak ke basal. Dan setelah sekresi           sel, maka sel menjadi mengecil.
–    Terdapat sel myoepitel diantara sel kelenjar dan membran basal yang dapat berkontraksi untuk             membantu mengeluarkan sekret asinus
  
b.      Asinus mukus
–    Sekretnya kental
–    Terdapat pada kelenjar saliva minor /  tambahan / kecil-kecil
–    Pengecatan HE berwarna jernih kebiruan
–    Lumennya besar
–    Batas sel lebih jelas terlihat, tidak terdapat kanalikuli interseluler sehingga sekretnya langsung             dituangkan oleh sel sekretoris kedalam lumen asinus
–    Inti sel pipih kearah basal
–    Pada fase istirahat, sitoplasmanya mengandung butir mucigen yang sering rusak saat preparat             fifiksasi/dicat sehingga sel menjadi lebih terang
–    Terdapat sel myoepitel
–    Organela selnya berbeda dengan sel serus, dimana terdapat lebih sedikit mitokondria, RE, dan             banyak apparatus golgi sehingga terdapat lebih banyak komponen karbohidrat pada sekretnya

c.       Asinus campuran
–   Yang dimaksud dengan kelenjar-kelenjar yang mempunyai asinus tercampur, adalah kelenjar-              kelenjar yang mempunyai baik asinus serus maupun asinus-asinus mukus sebagai parenkimnya.          Campuran tersebut dapat berupa asinus-asinus murni mukus dengan asinus-asinus murni serus             atau dapat pula satu asinus mempunyai bagian mukus dan serus bersama-sama
–    Kelenjar submandibularis (submaksilaris) memiliki sel serus lebih banyak dari pada sel mukusnya
–    Kelenjar sublingualis memiliki sel mukus lebih banyak daripada sel serusnya
–    Pada asinus tercampur sel-sel mukus sering didapatkan dekat duktus sedangkan sel-sel serus pada       bagian yang jauh dari duktus
–    Kadang-kadang sel mukus berasal dari melendirnya sel-sel asinus karena terganggunay                       pengeluaran sekretnya. Gangguan tersebut sering terjadi pada duktus Boll
–    Bila dalam satu asinus sel-sel mukus lebih banyak lagi, maka sel-sel albumin (serus) tadi akan            terdesak kearah apikal (puncak) asinus, sehingga sel-sel serus tadi merupakan suatu lengkungan          yang pada penampang sering terlihat sebagai bulan sabit, yangs ering disebut lanula Gianuzzi              (Demilines of Haidenhain, Crescent of Gianuzzi, serous demilunes of Gianuzzi). Bagian ini masih       mempunyai kanalikuli sekretoris interseluler yang bermuara ke lumen asinus.

Duktus

Saluran kelenjar ludah terdiri dari beberapa bagian yang panjangnya berbeda-beda menurut jenis kelenjar. Jika dipandang dari segi lobulasi, ada yang letaknya intralobularis dan ada yang interlobularis.

1. Duktus intralobularis
a.    Duktus interkalaris (Duktus Boll)
– Duktus yang menghubungkan asinus dengan saluran berikutnya (duktus Pfluger)
– Bersifat non sekretorius
– Terdiri dari epitel selapis pipih atau selapis kubis
– Fungsi :  a. mengatur sekresi saliva asinar
   b. memodifikasi komponen elektrolit
   c. mengangkut komponen makromolekuler

b.   Duktus sekretorius (Pfluger)

– Duktus yang lebih besar dan bersifat sekretorious, sehingga disebut juga duktus salivatorius, terutama menghasilkan Ca dan air
– Epitelnya terdiri dari epitel selapis kubis sampai silindris dimana bagian basalnya menunjukkan garis-garis sehingga juga disebut striated duct (duktus bergaris-garis)
–   Fungsi : a.   Transport elektrolit dengan menyerap sodium dari sekresi utama          diangkut keluar melalui pembuluh darah kapiler

 b.  memodifikasi kompisisi elektrolit saliva

2. Duktus Interlobularis

Duktus pfluger tadi dilanjutkan oleh saluran yang lebih besar keluar dari lobulus kelenjar tadi, masuk ke dalam jaringan ikat interlobular. Saluran ini merupakan duktus pengeluaran atau eksretorius yang mengalirkan saliva ke dalam rongga mulut. Terdiri dari epitel selapis silindris atau berlapis semu dan dekat muara duktus, epitel ini berubah menjadi epitel berlapis pipih dan berlanjut ke epitel rongga mulut.

Penamaan duktus berdasarkan atas pakar yang menemukannya :
§          Kelenjar parotis : Stensen
§          Kelenjar Submandibular (submaksilaris) : Whartoni
§          Kelenjar Sublingualis : Bartholini

Fungsi = Resorpsi Na dan sekresi K

Sel Myoepitel
–       Terdapat dalam asinar
–       Fungsinya untuk mengatur pergerakan saliva dari asinar kesistem duktus dengan cara kontraksi asinar

Apa yang terjadi pada saluran saliva saat melewati saluran tersebut :
            1. Sekresi bikarbonat dan Kalium (Potassium)
            2. Reabsorbsi Natrium dan Chlorida

Saraf kelenjar ludah
–       Kelenjar ludah disarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis (N VII)
–       Saraf parasimpatis = merangsang keluarnya saliva
–       Saraf simpatis = merangsang reseptor α dan β

Kelenjar ludah mendapatkan supply saraf parasimpatis dari nukleus ludah inferior, kelenjar submandibula dan sublingualis mendapat supply saraf dari nukleus ludah superior. Supply saraf simpatis untuk kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis berasal dari ganglion simpatis servikal superior, dengan pleksus saraf yang berjalan ke kelenjar ludah di sepanjang arteri. Kelenjar ludah minor mungkin juga mempunyai supply saraf simpatis dan parasimpatis.

Sekresi kelenjar ludah
Saliva atau ludah merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal saliva sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya saliva merupakan cairan viskus, tidak berwarna yang mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis, karbohidrat komponen-komponen organis seperti, Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan J. Kecuali itu saliva mengandung pula enzim amilase yaitu ptialin Selanjutnya saliva juga mengandung sel-sel desquamasi yang lazim disebut korpuskulus salivatorius. Komposisi saliva tadi sangat tergantung pada keaktivan kelenjar-kelenajar ludah. Sekresi kelenjar ludah dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu : reflek saraf, rangsangan mekanis, rangsangan kimaiwi. Bahan makanan dan zat kimia dapat memberi rangsangan langsung pada mukosa mulut. Bahan makanan juga dapat merangsang serat saraf eferens yang berasal dari bagian thorakal. Sekresi air ludah dapat pula timbul secara reflektoris hanya dengan jalan mencium bau makanan, melihat makanan, atau dengan memikirkan dan membayangkan makanan saja.

Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama yaitu : sekresi serus ( merupakan enzim untuk mencernakan serat à ptyalin) , sekresi mukus (untuk pelumasan dan perlindungan permukaan).Pada umumnya kelenjar ludah kaya dengan pembuluh darah. Pembuluh darah besar berjalan bersama-sama dengan duktusnya pada jaringan ikat interlobularis dan memberi cabang-cabang mengikuti cabang-cabang duktusnya kedalam lobuli, dimana pada akhirnya ia membentuk anyaman-anyaman kapiler mengitari asinus dan akhirnya kembali membentuk vena yang berjalan bersama-sama dengan pembulu h darah arterinya.

Faktor yang mempengaruhi sekresi saliva :
Ø       Irama siang malam
Ø       Sifat dan besar stimulus
Ø       Tipe kelenjar
Ø       Diet
Ø       Umur, jenis kelamin dan fisiologi seseorang
Ø       Kadar hormon
Ø       Elektrolit
Ø       Kapasitas buffer
Ø       Obat-obatan
Ø       Gerak badan 
                                                               
Daftar Pustaka

Haskell R and Gayford J.J , Penyakit Mulut. Jakarta:1991

Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D., Human Histology a textbook in outline from W.B. Saunders Company, Third edition Philadelphia. London, Toronto 1968.

Regina dan Nahak M Maria, Dasar-Dasar Imlu Pencabutan Gigi. Akademi Kesehatan Gigi Denpasar.

Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.

http://arbl.cvmbs.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/pregastric/salivary.html

http://www.fpnotebook.com/ENT59.htm

http://en.wikipedia.org/wiki/Saliva#Role_in_emesis

Share:

Sabtu, 30 Juli 2016

Konsep Diagnosa Keperawatan Gigi



DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI

Dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi, diagnosis dapat diartikan sebagai analisis dari penyebab dan sifat dari suatu masalah dan atau situasi atau suatu pernyataan mengenai solusinya . Miller memperkenalkan suatu konsep dari diagnosis keperawatan gigi ( Dental Hygiene Diagnosis) sebagai “Bentuk yang tepat untuk mengambarkan ekspresi dari kemampuan pembuatan keputusan dan penilaian dari perawatan gigi”. Diagnosis adalah suatu proses berpikir kritis berdasarkan data – data klinis klien yang dianalisa dan ditandai oleh sebuah pernyatan diagnosa.

Darby & Walsh (2003) mengemukakan suatu teori diagnosa keperawatan gigi sebagai bagian dari proses diagnosa keperawatan gigi yang menggunakan teori kebutuhan manusia  dengan penekanan kepada 8 kebutuhan manusia dari klien yang berhubungan dengan perawatan gigi. Mengunakan teori kebutuhan manusia sebagai kerangka kerja konsepnya Diagnosa Keperawatan Gigi adalah suatu identifikasi dari tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien yang berhubungan dengan perawatan gigi. Diagnosa keperawatan gigi menurut Darby and Walsh (2005) ini dibuat oleh seorang perawat gigi professional yang mempunyai lisensi dengan mengidentifikasi factor-faktor actual maupun potensial dari ketidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien.

Sedangkan Wilkins (2005) mengemukakan sebuah teori diagnosis keperawatan gigi yang berdasarkan teori Dental Hygiene Care. Diagnosa keperawatan gigi menurut Wilkins (2005) diformulasikan berdasarkan kondisi masalah aktual dan atau potensi masalah yang ditemukan dalam rongga mulut klien (pasien) yang dapat dicegah, diminimalisir, atau diatasi dengan tindakan perawatan mandiri atau perawatan kolaboratif (rujukan).

Lebih jelasnya diagnosa keperawatan gigi ini ditulis berdasarkan masalah, faktor risiko masalah dan atau signs (tanda-tanda) kelainan/penyakit dan disebutkan pula kemungkinan etiologinya berdasarkan seluruh data dari hasil pengkajian

Diagnosa Keperawatan Gigi ditegakkan berdasarkan :

  1. Pengambilan Data – Data klien/pasien yang akurat
  2. Mengidentifikasi adanya masalah atau ketidak terpenuhinya kebutuhan manusia yang berhubungan dengan kesehatan mulut yang dapat dipenuhi oleh proses keperawatan gigi.
  3. Perilaku penting untuk perencanaan dan implementasi keperawatan gigi yang efektif dan mengevaluasi hasilnya (keluarannya).

Penegakan  diagnosa keperawatan gigi termasuk mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut :

  1. Masalah aktual dan masalah potensial yang berhubungan dengan kesehatan atau penyakit mulut klien/pasien.
  2. Faktor-faktor yang menyebabkan masalah dan faktor-faktor risiko yang mungkin mempengaruhi.
  3. Bukti-bukti yang mendukung diagnosa keperawatan gigi.
  4. Kekuatan klien yang dapat mendukung klien dalam mencegah atau mengatasi masalah.
  5. Fokus terhadap prioritas perawatan.

Proses Diagnosis Keperawatan Gigi

Proses diagnosis keperawatan gigi adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan dalam kerangka pelayanan keperawatan gigi.

Diagnosis keperawatan gigi adalah langkah esensial dalam proses keperawatan gigi. Membantu perawat gigi dalam memfokuskan ilmu pengetahuannya dalam proses inti pelayanan keperawatan gigi untuk keuntungan klien dan kerjasama dengan dokter gigi.

Tujuan-tujuan dikembangkan bersama dengan klien dan diperoleh dari data dasar yang ditegakkan dari pemeriksaan dan proses diagnosis. Tujuan-tujuan menunjukkan bagaimana klien dapat merubah dirinya untuk dapat mempunyai kondisi rongga mulut ang lebih sehat berdasarkan tindakan promosi, pemeliharaan dan restorasi dari kesehatan /kenyamanan mulut. Perencanaan, Intervensi keperawatan gigi dan klien outcomes (hasil akhir) dipandu oleh diagnosis keperawatan gigi.

“ Diagnosa mengandung kaitan antara masalah klien dan etiologi yang menuntun identifikasi  dari intervensi keperawatan gigi dan memfasilitasi pendefinisian hasil (keluaran) yang diharapkan untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan”

Perawat gigi mengidentifikasi masalah-masalah  (memformulasikan diagnosa keperawatan gigi) dalam kerangka keperawatan gigi dapat dilakukan dalam kerangka kerjasama dengan dokter gigi. Gordon (1976)  menyatakan bahwa ada 3 kompoen yang harus termasuk dalam sebuah pernyataan diagnosa :
  1. Masalah kesehatan mulut atau potensi masalah kesehatan mulut yang dapat ditangani dalam intervensi keperawatan gigi.
  2. Kemungkinan penyebab atau factor-faktor etiologi
  3. Tanda-tanda dan gejala yang dapat didefinisikan

A.     PENGERTIAN DAN  MACAM-MACAM PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

1.      Pengertian :
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara tanya jawab berdasarkan keluhan pasien menggunakan bahasa komunikasi yang sederhana dan mudah dimengerti.

2.      Macam pemeriksaan subjektif
ada dua :    
a. Auto anamnesa yaitu anamnesa tanpa bantuan orang lain.
b. Allo anamnesa yaitu anamnesa dibantu orang lain.
   contoh pemeriksaan anak- anak dibantu orang tuanya.

B.   PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1.      Pengertian :
Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan pengamatan dan keaktifan operator.
2.      Macamnya :
a.       Ekstra oral :

1)      Inspeksi melihat muka simetris/ asimetris.
2)      Kelainan dentofacial.
3)      Palpasi kelenjar lymphe kiri dan kanan.

 kiri : lunak/keras, sakit/tidak sakit/ bergerak /tidak bergerak .
 kanan :  lunak/keras, sakit/tidak sakit/ bergerak /tidak bergerak
 suhu: panas/ normal.

b.      Intra oral  :
1)        Jaringan mukosa rongga mulut antara lain : bibir, pipi, lidah, palatum ,tonsil, gingiva.
2)        Jaringan keras gigi /pulpa  dengan beberapa cara sebagai berikut :

a. Inspeksi
b. Probe
c. termis
d. perkusi
e. tekanan
f. palpasi
g. A.P.E
h. Rontgenologi
i. Diaphani
j. Mobility
k. Membau
l.  artikulasi


Share:

Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi Dan Mulut



Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi Dan Mulut 




Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Baik secara jasmani maupun rohani. Tidak terkecuali anak usia dini, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum. 

Kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan gusi yang rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Banyaknya karies, gingivitis dan gigi berjejal harus segera ditangani dan semuanya dapat dicegah. Memelihara kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk memperoleh kesehatan tubuh kita. Khususnya pada anak-anak, karena pada masa anak- anak sangat penting karena kondisi gigi susu (gigi decidui) saat ini sangat menentukan keadaan gigi-gigi permanent penggantinya. 

Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan, dan jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket. Pembersihan plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, teknik dan caranya jangan sampai merusak struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali balk ada keluhan ataupun tidak ada keluhan. 

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka akan dicapai suatu kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dengan demikian akan meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan dan akan meningkatkan etos kerja yang lebih baik lagi. Sehingga kesehatan jasmani dan rohani seperti yang diharapkan akan tercapai. 

A. Definisi Sehat
Sehat adalah sebuah keadaan normal yang sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan komunitas masyarakat. Menurut WHO, ada empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu: 

1. Sehat jasmani 
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal. 

2. Sehat mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”. 

3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya aga terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Keempat komponen ini dikenal sebagai “Sehat Positif” atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata. "Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis." 

B. Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut

Penyakit tentang kesehatan gigi dan mulut menduduki tingkat pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhkan oleh masyarakat di Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat. 

Sementara itu, di Indonesia ada dua penyakit mulut yang sering dialami masyarakat yaitu karies gigi dan penyakit periodental, karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan oleh gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan rasa nyeri, penanggalan gigi, infeksi, dan berbagai kasus berbahaya bahkan mematikan.

C. Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anakng karena kondisi gigi susu (gigi decidui) saat ini sangat menentukan keadaan gigi-gigi permanent penggantinya. Beberapa fungsi dan peran gigi susu adalah : 

1. Fungsi Pengunyahan (mastikasi)
Anak yang sering sakit gigi tentu akan Perawatan gigi pada masa anak usia dini sangat pentialas untuk mengunyah makanan, hal ini berdampak pada asupan gizi yang tentunya sangat dibutuhkan anak usia dini, mengingat masa anak usia dini adalah masa emas, masa aktif pertumbuhan dan perkembangan. Disamping itu berdampak pula terhadap pertumbuhan rahang. Rahang tidak akan bertumbuh maksimal karena fungsi pengunyahan yang juga tidak maksimal, mengakibatkan gigi-gigi permanen penggantinya kekurangan ruang sehingga gigi berjejal (crowded), posisi gigi depan maju (prostrusi).

2. Fungsi Bicara (fonetik) 
Gigi berperan dalam pengucapan huruf-huruf tertentu seperti F,V,S,Z,Th. Ketika gigi, terutama gigi depan hilang/rusak berat maka pelafalan beberapa huruf akan kurang tepat (cedal).

3. Fungsi kecantikan (estetik) 
Anak usia dini dengan gigi utuh dan rapi akan terlihat semakin cantik/tampan. Yang perlu dicermati adalah beban psikologis anak ketika teman-temannya mengolok dengan sebutan „ompong‟ karena giginya gigis (rampant) dan tinggal akar. Fungsi mempertahankan ruang dalam lengkung gigi sebagai persiapan pertumbuhan gigi permanen sekaligus menentukan arah pertumbuhan gigi permanen. Gigi susu karena suatu sebab terpaksa dicabut sebelum waktunya, maka gigi yang terletak di depan/ belakangnya akan bergeser ke ruang bekas gigi yang dicabut. Hal ini mengakibatkan gigi permanent kekurangan ruang untuk tumbuhnya kelak. Gigi permanent akan kehilangan penuntun arah, akibatnya gigi tumbuh dengan arah yang salah. 

D. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak

Dalam hal ini banyak sekali yang mempengaruhi kesehatan gigi, antara lain :

a. Gizi makanan, perlu kita ketahui bahwa benih gigi seudah terbentuk waktu janin (embrio) berusia ½ bulan dalam kandungan. Makananmakanan ini sudah tercakup dalam empat sehat lima sempurna. 

Dalam hal ini makanan mempunyai 3 pengaruh: 

1. Pengaruh selama pembentukan gigi
Zat kapur merupakan bahan utama dalam pembentukan enamel, disamping vitamin C, D, dan lain-lain. 

2. Bila gigi sudah tumbuh
Makanan yang empuk dan lunak tidak memerlukan pengunyahan yang sulit. Sering tidaknya ktia makan juga mempengaruhi. Pengaruh asam dari zat hidrat arang dalam mulut terjadi selama 40 menit pertama sesudah makan. Kalau kita makan 3 kali sehari maka pengaruh asam hanya terjadi selama 3 x 30 menit = 1 ½ jam/hari. 

b. Jenis makanan, makanan yang mudah lengket dan menempel digigit seperti permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anakanak. Hal ini yang mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah tertinggal dan melekat pada gigi dan bila terlalu sering dan lama akan berakibat tidak baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut akan bereaksi di mulut dan asam yang merusak email gigi.

c. Kebersihan gigi, biasakanlah anak-anak agar selalu menyikat giginya atau berkumur-kumur setiap selesai makan atau sebelum tidur.

d. Kepekatan air ludah, pada orang-orang yang mempunyai air ludah yang sangat pekat dan sedikit akan lebih mudah giginya menjadi berlubang dibandingkan dengan air ludah yang encer dan banyak, sebab pada anak yang beair ludah pekat dan sedikit maka sisa makanan akan mudah menempel pada permukaan gigi. (Moestopo, 1982) 

e. Factor genetic Selain perawatan gigi susu, kerapihan gigi tetap pada anak usia dini juga dipengaruhi oleh faktor keturunan. Karena itu tak jarang ada anak yang kondisi gigi susunya baik namun gigi tetapnya berjejalan.

E. Peran Orang Tua dalam Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak 

Jangan anggap remeh kesehatan gigi dan mulut terutama anak usia dini. Banyak orang tidak pernah membayangkan bahwa masalah gigi dan mulut anak dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Maka dari itu, betapa penting perhatian orangtua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak, terutama anak- anak yang masih balita maupun anak usia dini. Sebab, kondisi gigi susu akan menentukan pertumbuhan gigi tetap si anak. 

Selain itu, bila anak memiliki gigi yang tidak sehat, dia akan sulit mencerna makanan sehingga proses pertumbuhan si anak akan terganggu. Akibatnya, anak akan mudah terserang penyakit. Setiap orangtua sebaiknya menanamkan suatu prinsip dalam dirinya bahwa anak-anak harus bebas dari rasa sakit gigi dan memberi mereka awal kehidupan yang baik sehingga mereka mampu bersaing di masa depan. 

Pertumbuhan gigi pada anak ditandai dengan pemunculan gigi pada permukaan gusi dan diikuti dengan perubahan posisi gigi dari dalam tulang pendukung gigi untuk menempati posisi fungsionalnya dalam rongga mulut. Masa pemunculan gigi secara klinis merupakan suatu tanda pertumbuhan seorang anak. Tahap pertama pertumbuhan gigi sangat jelas selama minggu keenam dari kehidupan embrional. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting pertumbuhan seorang anak. Orangtua harus mengetahui cara merawat gigi anaknya. Orangtua juga harus mengajari anaknya cara merawat gigi dengan baik, yaitu dengan memberi contoh cara menyikat gigi yang benar. 

Perawatan gigi sejak dini sangat penting untuk menghindari proses kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi. Anak usia dini juga harus diajak atau diperkenalkan secara dini kepada dokter gigi. Hal ini sangat bermanfaat dalam membiasakan pemeriksaan gigi secara rutin dan mengatasi rasa takut anak kepada dokter gigi. 

Orangtua dapat mencoba cara mengenalkan dokter gigi kepada anak usia dini, yaitu dengan mengajak anak ikut serta saat ibu atau ayahnya memeriksakan gigi. Cara ini juga mengenalkan anak pada suasana ruangan dokter gigi, suara-suara mesin, dan peralatan yang digunakan dokter. Anak juga dapat melihat bagaimana ibu atau ayahnya tetap tenang saat dokter gigi melakukan perawatan. Tak kalah penting ialah memilih dokter gigi anak yang memahami dan mendapat pendidikan bagaimana membuat anak-anak nyaman saat ke dokter gigi. Misalnya, dokter yang menyediakan ruang tunggu berisi buku dan mainan, serta mengisi dinding ruangan dengan gambar-gambar yang menarik dan disukai anak usia dini. 

Selain itu, orangtua harus memerhatikan pola makan anak usia dini. Jangan terlalu sering memberi anak makanan yang manis dan lengket. Sebab, makanan jenis ini mudah tertinggal dan melekat pada gigi, dan bila terlalu sering serta lama akan berakibat tidak baik. Makanan manis dan lengket tersebut akan bereaksi di dalam mulut dan membentuk asam yang merusak email gigi. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya gangguan, seperti gigi berlubang atau yang dikenal sebagai karies. 

Pemeliharaan kesehatan anak usia dini terutama berumur di bawah lima tahun masih bergantung kepada orangtua. Orangtua, terutama ibu, mempunyai peran yang sangat dominan dalam upaya pecegahan penyakit gingivitis ataupun penyakit mulut lainnya. Peran ibu dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak usia dini dapat dilihat dari sikap dan perhatiannya terhadap perawatan gigi dan mulut anaknya. Usaha untuk mencegah kerusakan gigi tentunya tidak dilakukan dengan mengurangi pemberian susu kepada anak usia dini. Mengingat penyebab utama timbulnya karies gigi dan gingivitis adalah plak, upaya yang dapat dilakukan ialah membersihkan plak dari permukaan gigi. Upaya tersebut dapat berupa penyikatan gigi, kumur-kumur, dan pembersihan gigi dengan kapas atau kain basah pada balita.

Apabila anak sudah agak besar, orangtua harus dapat membantu anak untuk memulai rutinitas menggosok gigi. Caranya dengan mengajari dan memberi contoh bagaimana cara memegang sikat gigi dan menggosok gigi dengan benar. Kebersihan gigi dan mulut hanya dapat dicapai dengan menyikat gigi secara benar, rutin, dan teratur setiap hari, terutama menjelang tidur, agar permukaan gigi terbebas dari plak. 

F. Peran Seorang Guru untuk Membantu Meningkatkan Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Dini

Membangun rasa kepercayaan Anak usia dini kepada dokter gigi sangatlah penting. Sebagai ibu/ guru, haruslah mengetahui pertumbuhan gigi pada anak usia dini, bagaimana cara pengendalian psikologi serta perilaku anak. Komunikasi secara verbal dan non-verbal sangatlah penting untuk digunakan. Mereka juga terlatih dalam pengelolaan perilaku farmakologis. 

Sebagai seorang pendidik memegang peranan penting dalam pemberian informasi baik kepada anak maupun wali murid tentang pemeliharaan gigi susu dan dalam mencegah kerusakan gigi. Hal ini akan membantu dalam mencegah atau mencegat kebiasaan yang tidak normal dan merencanakan koreksi yang diperlukan untuk setiap ketidaknormalan yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa kesehatan mulut yang buruk pada anak usia dini dapat menyebabkan gangguan kinerja sekolah dan hubungan sosial yang buruk. Disaat seorang anak masih kecil, fokus dari para guru/ pendidik untuk anak-anak meliputi: 
  • Penjagaan kesehatan mulut sejak dini,
  • menekankan cara menyikat gigi yang benar, floss, dan 
  • pentingnya fluoride terutama untuk anak usia dini,
  • Menanamkan kebiasaan makan yang sehat, seperti bayi seharusnya tidak diperbolehkan untuk tertidur dengan botol minum didalam mulut mereka dan lain-lain

Biasanya para guru/ pendidik akan mengadakan sebuah promosi kesehatan pada ibu-ibu hamil atau para ibu yang memiliki anak usia balita. Apabila gigi primer (gigi susu) dipelihara dengan baik maka gizi yang baik, perkembangan bicara dan ruang untuk pertumbuhan gigi permanen akan berjalan lancar. Peran guru/ dokter gigi bagi anak usia dini berubah ketika anak-anak memasuki masa remaja. Menyadari pentingnya penampilan dan citra diri.

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. Depkes RI. 1996. Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Sekolah, Jakarta: Depkes RI. 

Matsson, L., 2001, Periodontal Conditions in Children and Adolescent., Munksgaard: Copenhagen 

Nelson, 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 2, Buku Kedokteran. Jakarta. Hal. 375-382

Newmann, M.G., Takei, H.H., Klokkevoid P.R., Carranza, F.A., (ed): Clinical Periodontolgy, 10 th ed, Saunders Company, Philadelphia. 

Paramita, Pradnya. 2000. Memahami Pertumbuhan dan Kelainan Gizi Anak. Trubus Agriwidya. Anggota IKAPI. Hal. 1 – 42 

Sriyono, Niken Widiyanti., 2009, Ilmu Kedokteran Pencegahan, Yogyakarta: Medika FK UGM 

Tarigan, Rasinta, 1993. Kesehatan Gigi dan Mulut. Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Share:

Pendidikan Kesehatan dan Kesehatan Pada Gigi



PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KESEHATAN GIGI

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan atau aplikasi konsep pendidikan dan konsep sehat. Konsep sehat adalah konsep seorang dalam keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosialnya serta bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahannya.

Adapun konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar mengajar pada individu atau kelompok masyarakat tentang nilai – nilai kesehatan sehingga mereka mampu mengatasi masalah kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang timbul karena adanya kebutuhan akan kesehatan, dijalankan dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan yang menimbulkan aktivitas perorangan dan masyarakat dengan tujuan menghasilkan kesehatan yang baik.

Beberapa pengertian pendidikan kesehatan yang dikutip oleh Tarsilah (1978) antara lain:

Menurut Tiglao, pendidikan kesehatan “bukan sekedar” memberitahukan kepada orang- orang bagaimana caranya untuk mempertinggi kesehatan tetapi mereka seharusnya menciptakan sesuatu keadaan untuk mendapatkan kesempatan untuk belajar, ‘dengan dan untuk” mereka sendiri. Akibatnya mereka dapat mengubah cara hidup yang kurang baik untuk kesehatan pribadinya untuk masyarakat dengan cara hidup sehat.

Nyswander mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu yang  dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula suatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis yang di dalamnya seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru dan prilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan pendidikan.

Menurut Stoll pendidikan kesehatan adalah hasil usaha yang dilakukan suatu organisasi untuk belajar hidup secara sehat. Dari definisi- definisi tersebut dapat disimpulkan pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut:Alat bantu untuk mencapai tarap kesehatan setinggi mungkin, sedangkan orang yang dididik hendaknya diikutsertakan secara aktif.

Alat bantu untuk mencapai tarap kesehatan setinggi mungkin, sedangkan orang yang dididik hendaknya diikutsertakan secara aktif Untuk mengubah sikap seseorang terhadap kesehatan pribadinya sebagai hasil pengalaman belajar, yang kemudian dilaksanakannya dalam kehidupan sehari- hari. Diakui pula bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program kesehatan. 
Selanjutnya perilaku sehat akan berpengaruh terhadap peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (output) dari pendidikan kesehatan. yang membedakan pendidikan kesehatan teori dan praktik dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan. Teori yang diperoleh langsung dipraktikan untuk mengetahui sampai sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan.


Seperti halnya pendidikan kesehatan, konsep pendidikan kesehatan gigi pun merupakan penerapan dari konsep pendidikan dan konsep sehat. Bertitik tolak dari kedua konsep tersebut, maka pendidikan kesehatan gigi adalah suatu proses belajar yang di tujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan setinggi tingginya.

Beberapa pengertian pendidikan kesehatan gigi yang dikutip dari tarsilah. Soemantri menyatakan bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah suatu usaha atau aktivitas yang mempengaruhi orang- orang maupun sedemikian rupa sehingga baik kesehatan pribadi maupun kesehatan masyarakat.

Bastian berpendapat bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktivitas yang membantu menghasilkan penghargaan masyarakat akan kesehatan gigi dan memberikan pengertian akan cara- cara bagaimana memelihara kesehatan gigi dan mulut. Jadi dengan adanya pendidikan kesehatan gigi dan mulut ini diharapkan bertambah baik. Yang akhirnya akan diperoleh derajat kesehatan mulut yang setinggi-tingginya.

Tujuan Pendidikan Kesehatan Gigi

Mengubah perilaku individu merupakan pekerjaan yang mudah, dalam hal ini dibutuhkan keterampilan khusus sebab perubahan tingkah laku individu selalu melibatkan perubahan mental. Perubahan itu sendiri  dapat terjadi secara alamiah yaitu karena lingkungan atau masyarakat sekitarnya. Namun, ada pula perubahan yang terjadi secara terencana dan dilaksanakan secara sistematis, yaitu yang dikenal sebagai perubahan melalui pendidikan.

Menurut Noor (1972), tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah :

1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

2. Menghilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan lainnya pada gigi dan mulut.

Menurut Noor (1972), tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah :

Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Menghilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan lainnya pada gigi dan mulut.

Jadi tujuan pendidikan kesehatan gigi bertujuan :

Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi.
Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi.
Menjabarkan akibat yang akan timbul dari kelainan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah.
Menjalin kerjasama antara RT, RW, kelurahan dalam memberikan penyuluhan langsung kepada masyarakat, bila diperlukan dapat saja dilakukan tanpa melalui puskesmas.
Peran Tenaga Kesehatan dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Gigi.

Peranan tenaga kesehatan dalam pendidikan kesehatan gigi adalah untuk mengubah perilaku masyarakat dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat. Seperti kita ketahui bersama bahwa faktor perilaku ini mempunyai kontribusi yang cukup besar di samping faktor lingkungan dalam mempengaruhi masyarakat. Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal itu. Untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, biasanya dilakukan pendekatan dengan menggunakan metodologi pemecahan masalah. Untuk memecahkan masalah dengan metode ini seseorang tenaga kesehatan harus mampu menjalankan peran ekspresif dan informatif.

Dalam menjalankan peran ekspresiif dan informatifnya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan masyarakat tentang permasalahan yang terjadi. Adapun untuk mengetahui permasalahan permasalahan yang sedang terjadi, tenaga kesehatan harus dapat menggali permasalahan yang terdapat pada masyarakat dengan cara m,elakukan survei bersama antara tenaga kesehatan dan masyarakat. Jadi masyarakat betul- betul menyadari  yang sedang terjadi di daerahnya. Setelah masalah dapat diidentifikasi, tenaga kesehatan perlu memberikan penjelasan mengenai sebab- sebab timbulnya masalah, bagaimana cara mengatasinya sehingga masyarakat menjadi tertarik dan ingin segera mengatasi permasalahan yang terjadi di daerahnya tersebut.

Langkah- langkah yang perlu ditempuh untuk menjalankan peran ekspresif adalah sebagai berikut :

Melaksanakan sensus masalah.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui survei epidemiologis maupun sosiologis. Data yang diperoleh dari hasil survei kemudian diolah dan disajikan. Penyajian data dilaksanakan pada pertemuan desa yang dihadiri oleh aparat desa, tokoh masyarakat,instansi terkait serta masyarakat sendiri, sehingga masyarakat mendapat gambaran tentang masalah yang terjadi di daerahnya.

 Menentukan prioritas masalah.
Dari beberapa masalah yang ditemukan, tentunya tidak semua dapat diselesaikan sekaligus. Oleh karena itu, perlu dilakukan penentuan prioritas masalah, untuk menentukan prioritas masalah biasanya dilakukan analisis, misalnya dengan metode pembobotan.

Memecahkan Masalah.
Setelah ditemukan masalah yang diprioritaskan, langkah selanjutnya adalah menentukan jalan keluar dari masalah tersebut, setelah itu baru dapat dicari dahulu apa penyebab masalah tersebut, setelah itu baru mencari jalan keluarnya. Baru beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencari jalan keluarnya. Baru setelah itu ditentukan jalan keluar yang paling efektif dan efisien untuk penyelesaian masalah tersebut.

Mengambil keputusan pelaksanaan.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan pada tahap pemecahan masalah, dibuat keputusan pelaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan. Di dalam keputusan pelaksaan tercakup proses seperti penentuan tujuan, penentuan sasaran, jenis kegiatan, tenaga pelaksana, pemilihan metode penyuluhan, penentuan materi penyuluhan, penentuan rencana penelitian.

Share:

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Pages

Blog Archive

Translate

Text Widget

Copyright © ILMU KESEHATAN | Powered by Blogger Design by PWT | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com