Minggu, 31 Juli 2016

Pengertian dan fungsi saliva (Ilmu Gigi)



Pengertian dan fungsi saliva

 Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur). 

Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.

Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.

Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :
  1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan.
  2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan.
  3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman.
  4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer.
  5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah.
  6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva.
  7. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.
  8. membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah).

Kurang lebih 80% bau mulut timbul dari dalam rongga mulut. Air ludah atau saliva memegang peranan dalam masalah bau mulut, gigi berlubang dan penyakit rongga mulut/penyakit tubuh secara keseluruhan karena air ludah melindungi gigi dan selaput lunak di rongga mulut dengan sistem buffer sehingga makanan yang terlalu asam misalnya bisa dinetralkan kembali keasamannya dan juga segala macam bakteri baik yang aerob (hidup dengan adanya udara) maupun bakteri anaerob (hidup tanpa udara) dijaga keseimbangannya. 

Di dalam air ludah juga terdapat antigen dan antibodi yang berfungsi melawan kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh sehingga kita sehingga tubuh tidak akan mudah terserang penyakit. Seandainya dalam keadaan normal tersebut seseorang memakai obat kumur ataupun antiseptik yang berlebihan, maka justru keseimbangan bakteri akan terganggu, bakteri-bakteri yang penting bisa menjadi mati, justru bakteri-bakteri yang merusak malah menjadi berlipat ganda sehingga timbul lah masalah dalam rongga mulut. 

Adanya bakteri akan dapat membuat sisa makanan di gigi/selaput rongga mulut terfermentasi (seperti halnya ragi), sehingga timbul racun bersifat asam yang akan membuat email menjadi rapuh (mengalami demineralisasi/mineral gigi rontok )mula-mula secara mikro dan dengan berjalannya waktu gigi akan berlubang secara kasat mata. Masalah lain, bakteri terutama bakteri anaerob (hidup tanpa udara) akan mengeluarkan gas yang mudah menguap antara lain seperti gas H2S (Hidrogen Sulfid), Metil Merkaptan dll. Gas ini menimbulkan bau mulut.

Pada orang-orang yang mengalami diabetes/kencing manis, perokok, makan obat-obatan tertentu, orang lanjut usia, maupun orang yang menjalani terapi radiasi (pada penderita kanker) punya kecenderungan air ludahnya berkurang (disebut dengan istilah xerostomia=kekeringan rongga mulut). Hal ini bisa diatasi dengan terapi obat-obatan yang merangsang keluarnya air ludah (dengan obat-obatan yang diresepkan dari dokter gigi). Kecuali bagi perokok, barangkali lebih bijaksana apabila frekuensi rokoknya yang dikurangi, juga orang yang sedang meminum obat-obatan tertentu yang dapat menimbulkan kekeringan rongga mulut, dapat kembali seperti semula apabila obat-obatan telah dihentikan pemakaiannya. (Khususnya pada penderita diabetes/kencing manis, ada bau mulut khas yakni bau aseton). 

Kemudian dalam hal kualitas, hindari makan-makanan yang terlalu banyak mengandung zat-zat kimia, seperti makanan yang banyak mengandung zat pengawet, zat pewarna tambahan, zat penambah rasa, atau makanan yang terlalu manis/lengket/asam , maupun minuman-minuman berkarbonasi secara terus menerus. Sebab dengan keasaman yang terus menerus, air ludah tidak dapat menyangga kadar keasamannya (fungsi buffer tadi) supaya pH-nya naik kembal. Jadi keasaman yang terus menerus itu yang membuat gigi berlubang (mengalami demineralisasi email). 

Bila ingin minum air bersoda, atau permen lebih baik dimakan dalam satu waktu tertentu berdekatan dengan makan pagi/makan siang/makan malam dan diakhiri dengan minum air putih/sikat gigi, daripada memakan atau meminumnya sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama. Menyikat gigi umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi setelah makan pagi dan malam sebelum tidur. Dengan jumlah yang 2 kali dan juga kesalahan manusiawi misalnya tidak bisa setiap saat bisa membersihkan gigi dengan tepat dan teliti ke seluruh bagian, maka kita harus melepaskan waktu perawatan sisanya kepada air ludah yang cukup jumlahnya dan baik kualitasnya. 

Dengan cara makan makanan yang alamiah tidak banyak mengandung zat kimia, yakni zat perasa, pewarna dan pengawet, makan makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan supaya saat menggigit air ludah dapat terrangsang untuk keluar (pada makanan yang semuanya lunak/tidak berserat, gigi tidak perlu menggigit kuat, akibatnya air ludah juga tidak banyak keluar), menghindari minuman berkarbonasi (secara berlebihan) dan juga pola makannya diatur dengan memakan camilan/minuman manis berdekatan dengan waktu makan makanan utama, setelah itu gigi dibersihkan, apabila tidak dapat menggosok gigi, kumur-kumurlah atau minumlah air putih yang banyak. Itu adalah cara yang sederhana dan paling mudah dilakukan.

Jenis kelenjar saliva dan muaranya :

Macam-macam kelenjar ludah :
  • Kelenjar ludah utama /  mayor /  besar-besar

Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari :

Ø      Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula
Ø      Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah korpus mandibula
Ø      Kelenjar Sublingualis ,  terletak dibawah lidah

Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan.
  • Kelenjar Parotis
  • Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara prossesus mastoideus dan ramus mandibula.
  • Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas.
  • Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat padat.
  • Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.
  • Jaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus.
  • Secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-alveolar) bercbang-cabang (compound tubulo alveolar gland).
  • Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadang memperlihatkan percabangan-percabangan.
  •  Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket.
  • Saluran keluar utama ( duktus interlobaris) disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.
  • Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris.
  • Duktus interlobularis tadi kemudian bercabang-cabang menjadi duktus intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis merupakan duktus Pfluger yang mempunyai epitel selapis silindris yang bersifat acidophil dan menunjukkan garis-garis basal.
  • Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang dan menunjukkan percabangan
  • Duktus Pfluger agak pendek
  • Sel-selnya pipih dan memanjang
  • Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularis terlihat banyak lemak yang berhubungan dengan “kumpulan lemak bichat” (Fat depat of bichat). Juga pada jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis dan pembuluh darah.

Kelenjar submandibularis (submaksilaris)
  • Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris (Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah , dibelakang gigi seri bawah.
  • Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.
  • Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri  dari jaringan ikat padat yang juga masuk ke dalam organ dan membagi organ tersebut menjadi beberapa lobulus.
  • Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang (compound tubulo alveolar gland).
  • Percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-selnya.
  • Bentuk sinus kebanyakan memanjang.
  • Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket.
  • Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila dibandingkan glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang.
  • Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak percabangan sehingga dalam preparat lebih mudah dicari.


Kelenjar sublingualis :
  • Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar.
  • Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus.
  • Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada frenulum lidah.
  • Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan ikat yang jelas/tebal.
  • Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalvioler bercabang-cabang  (compound tubuloalveolar gland).
  • Merupakan kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni.
  • Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis.
  • Duktus Pfluger sangat pendek.
  • Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam preparat sukar ditemukan.
  • Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagai glandula parotis.


  • Kelenjar ludah tambahan /  minor / kecil-kecil

Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga mulut.

Ø Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus         seromukus.
Ø Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus
Ø Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah                disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus
Ø Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah, dnegan           asinus-asinus murni serus.
Ø Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus .
    Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior
Ø Kelenjar-kele   njar pada pallatum dengan asinus mukus .

Struktur-struktur kelenjar saliva

Tiap-tiap kelenjar sebagai suatu organ terdiri dari:
  1. Parenkim, yaitu bagian kelenjar yang terdiri dari asinus-asinus dan duktus-duktus bercabang.
  2. Asinus merupakan bagian-bagian sekretoris yang mengeluarkan sekret. Sekret ini akan dialirkan melalui suatu duktus untuk menyalurkan sekret kemana mestinya.
  3. Stroma / jaringan ikat interstisial yang merupakan jaringan antara asinus dan duktus tersebut
  4. Jaringan ikat ini membungkus organ (kapsel) dan masuk kedalam organ dan membagi organ tersebut menjadi lobus dan lobulus. Pada jaringan ikat tersebut ditemukan duktus kelenjar, pembuluh darah,s erat saraf dan lemak.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari beberapa jenis sel:
1.Unit sekretori
Terdiri dari : sel-sel asinar ,  duktus interkalaris , duktus striata , dan main excretory ducts.
Sebagai tambahan kepada sel-sel ini yang bertanggung jawab besar untuk sekresi dan modifikasi dari saliva, sel-sel plasma juga berkontribusi pada sekresi saliva, setidaknya pada kelenjar minor.
2. Unit non sekretori
Terdiri dari myoepitel sel dan sel saraf


Sel-sel asinar
Merupakan unit sekretori sel.
Sel asinar mengandung olyco protein, protein dan elektrolit.
Menurut sekretnya , asinus dapat dibedakan menjadi asinus serus, mukus, dan tercampur.

a.       Asinus serus
–    Sekretnya encer
–    Terdapat pada kelenjar parotis
–    Pengecatan HE bewarna ungu kemerahan
–    Lumennya sempit
–    Batas sel sukar dilihat dan antara sel terdapat kanalikuli sekretoris interseluler
–    Inti sel bulat kearah basal
–    Penampakan sel tergantung fase sekresi selnya, dimana pada fase istirahat, bagian apikalnya               banyak terdapat butir sekresi (zimogen) sehingga inti sel terdesak ke basal. Dan setelah sekresi           sel, maka sel menjadi mengecil.
–    Terdapat sel myoepitel diantara sel kelenjar dan membran basal yang dapat berkontraksi untuk             membantu mengeluarkan sekret asinus
  
b.      Asinus mukus
–    Sekretnya kental
–    Terdapat pada kelenjar saliva minor /  tambahan / kecil-kecil
–    Pengecatan HE berwarna jernih kebiruan
–    Lumennya besar
–    Batas sel lebih jelas terlihat, tidak terdapat kanalikuli interseluler sehingga sekretnya langsung             dituangkan oleh sel sekretoris kedalam lumen asinus
–    Inti sel pipih kearah basal
–    Pada fase istirahat, sitoplasmanya mengandung butir mucigen yang sering rusak saat preparat             fifiksasi/dicat sehingga sel menjadi lebih terang
–    Terdapat sel myoepitel
–    Organela selnya berbeda dengan sel serus, dimana terdapat lebih sedikit mitokondria, RE, dan             banyak apparatus golgi sehingga terdapat lebih banyak komponen karbohidrat pada sekretnya

c.       Asinus campuran
–   Yang dimaksud dengan kelenjar-kelenjar yang mempunyai asinus tercampur, adalah kelenjar-              kelenjar yang mempunyai baik asinus serus maupun asinus-asinus mukus sebagai parenkimnya.          Campuran tersebut dapat berupa asinus-asinus murni mukus dengan asinus-asinus murni serus             atau dapat pula satu asinus mempunyai bagian mukus dan serus bersama-sama
–    Kelenjar submandibularis (submaksilaris) memiliki sel serus lebih banyak dari pada sel mukusnya
–    Kelenjar sublingualis memiliki sel mukus lebih banyak daripada sel serusnya
–    Pada asinus tercampur sel-sel mukus sering didapatkan dekat duktus sedangkan sel-sel serus pada       bagian yang jauh dari duktus
–    Kadang-kadang sel mukus berasal dari melendirnya sel-sel asinus karena terganggunay                       pengeluaran sekretnya. Gangguan tersebut sering terjadi pada duktus Boll
–    Bila dalam satu asinus sel-sel mukus lebih banyak lagi, maka sel-sel albumin (serus) tadi akan            terdesak kearah apikal (puncak) asinus, sehingga sel-sel serus tadi merupakan suatu lengkungan          yang pada penampang sering terlihat sebagai bulan sabit, yangs ering disebut lanula Gianuzzi              (Demilines of Haidenhain, Crescent of Gianuzzi, serous demilunes of Gianuzzi). Bagian ini masih       mempunyai kanalikuli sekretoris interseluler yang bermuara ke lumen asinus.

Duktus

Saluran kelenjar ludah terdiri dari beberapa bagian yang panjangnya berbeda-beda menurut jenis kelenjar. Jika dipandang dari segi lobulasi, ada yang letaknya intralobularis dan ada yang interlobularis.

1. Duktus intralobularis
a.    Duktus interkalaris (Duktus Boll)
– Duktus yang menghubungkan asinus dengan saluran berikutnya (duktus Pfluger)
– Bersifat non sekretorius
– Terdiri dari epitel selapis pipih atau selapis kubis
– Fungsi :  a. mengatur sekresi saliva asinar
   b. memodifikasi komponen elektrolit
   c. mengangkut komponen makromolekuler

b.   Duktus sekretorius (Pfluger)

– Duktus yang lebih besar dan bersifat sekretorious, sehingga disebut juga duktus salivatorius, terutama menghasilkan Ca dan air
– Epitelnya terdiri dari epitel selapis kubis sampai silindris dimana bagian basalnya menunjukkan garis-garis sehingga juga disebut striated duct (duktus bergaris-garis)
–   Fungsi : a.   Transport elektrolit dengan menyerap sodium dari sekresi utama          diangkut keluar melalui pembuluh darah kapiler

 b.  memodifikasi kompisisi elektrolit saliva

2. Duktus Interlobularis

Duktus pfluger tadi dilanjutkan oleh saluran yang lebih besar keluar dari lobulus kelenjar tadi, masuk ke dalam jaringan ikat interlobular. Saluran ini merupakan duktus pengeluaran atau eksretorius yang mengalirkan saliva ke dalam rongga mulut. Terdiri dari epitel selapis silindris atau berlapis semu dan dekat muara duktus, epitel ini berubah menjadi epitel berlapis pipih dan berlanjut ke epitel rongga mulut.

Penamaan duktus berdasarkan atas pakar yang menemukannya :
§          Kelenjar parotis : Stensen
§          Kelenjar Submandibular (submaksilaris) : Whartoni
§          Kelenjar Sublingualis : Bartholini

Fungsi = Resorpsi Na dan sekresi K

Sel Myoepitel
–       Terdapat dalam asinar
–       Fungsinya untuk mengatur pergerakan saliva dari asinar kesistem duktus dengan cara kontraksi asinar

Apa yang terjadi pada saluran saliva saat melewati saluran tersebut :
            1. Sekresi bikarbonat dan Kalium (Potassium)
            2. Reabsorbsi Natrium dan Chlorida

Saraf kelenjar ludah
–       Kelenjar ludah disarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis (N VII)
–       Saraf parasimpatis = merangsang keluarnya saliva
–       Saraf simpatis = merangsang reseptor α dan β

Kelenjar ludah mendapatkan supply saraf parasimpatis dari nukleus ludah inferior, kelenjar submandibula dan sublingualis mendapat supply saraf dari nukleus ludah superior. Supply saraf simpatis untuk kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis berasal dari ganglion simpatis servikal superior, dengan pleksus saraf yang berjalan ke kelenjar ludah di sepanjang arteri. Kelenjar ludah minor mungkin juga mempunyai supply saraf simpatis dan parasimpatis.

Sekresi kelenjar ludah
Saliva atau ludah merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal saliva sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya saliva merupakan cairan viskus, tidak berwarna yang mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis, karbohidrat komponen-komponen organis seperti, Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan J. Kecuali itu saliva mengandung pula enzim amilase yaitu ptialin Selanjutnya saliva juga mengandung sel-sel desquamasi yang lazim disebut korpuskulus salivatorius. Komposisi saliva tadi sangat tergantung pada keaktivan kelenjar-kelenajar ludah. Sekresi kelenjar ludah dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu : reflek saraf, rangsangan mekanis, rangsangan kimaiwi. Bahan makanan dan zat kimia dapat memberi rangsangan langsung pada mukosa mulut. Bahan makanan juga dapat merangsang serat saraf eferens yang berasal dari bagian thorakal. Sekresi air ludah dapat pula timbul secara reflektoris hanya dengan jalan mencium bau makanan, melihat makanan, atau dengan memikirkan dan membayangkan makanan saja.

Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama yaitu : sekresi serus ( merupakan enzim untuk mencernakan serat à ptyalin) , sekresi mukus (untuk pelumasan dan perlindungan permukaan).Pada umumnya kelenjar ludah kaya dengan pembuluh darah. Pembuluh darah besar berjalan bersama-sama dengan duktusnya pada jaringan ikat interlobularis dan memberi cabang-cabang mengikuti cabang-cabang duktusnya kedalam lobuli, dimana pada akhirnya ia membentuk anyaman-anyaman kapiler mengitari asinus dan akhirnya kembali membentuk vena yang berjalan bersama-sama dengan pembulu h darah arterinya.

Faktor yang mempengaruhi sekresi saliva :
Ø       Irama siang malam
Ø       Sifat dan besar stimulus
Ø       Tipe kelenjar
Ø       Diet
Ø       Umur, jenis kelamin dan fisiologi seseorang
Ø       Kadar hormon
Ø       Elektrolit
Ø       Kapasitas buffer
Ø       Obat-obatan
Ø       Gerak badan 
                                                               
Daftar Pustaka

Haskell R and Gayford J.J , Penyakit Mulut. Jakarta:1991

Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D., Human Histology a textbook in outline from W.B. Saunders Company, Third edition Philadelphia. London, Toronto 1968.

Regina dan Nahak M Maria, Dasar-Dasar Imlu Pencabutan Gigi. Akademi Kesehatan Gigi Denpasar.

Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.

http://arbl.cvmbs.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/pregastric/salivary.html

http://www.fpnotebook.com/ENT59.htm

http://en.wikipedia.org/wiki/Saliva#Role_in_emesis

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Pages

Blog Archive

Translate

Text Widget

Copyright © ILMU KESEHATAN | Powered by Blogger Design by PWT | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com